2013

Jumat, 14 Juni 2013

Puisi Jawa




Puisi adalah salah satu jenis karya sastra. Puisi biasanya dikontraskan dengan prosa untuk mengetahui ciri-ciri dan sifat-sifatnya. Puisi adalah jenis karya sastra yang menyampaikan maksud dengan kata-kata sesedikit, seindah, dan setaksa mungkin. Hal ini tentu berbeda dengan prosa yang bentuknya lebih panjang.

Hampir setiap kebudayaan yang mengenal sastra pasti memiliki puisi. Budaya dan sastra Inggris memiliki puisi berbahasa Inggris, budaya dan sastra Arab memiliki puisi berbahasa Arab, begitu pula halnya budaya dan sastra Jawa memiliki puisi berbahasa Jawa. Jadi, puisi jawa adalah puisi yang dihasilkan oleh kebudayaan Jawa dan tentunya menggunakan bahasa Jawa sebagai mediumnya.

Berdasarkan zaman asal dan bahasa yang digunakan, sastra Jawa digolongkan menjadi empat, yaitu:
  1. sastra Jawa kuno,
  2. sastra Jawa pertengahan,
  3. sastra Jawa baru,
  4. sastra Jawa modern.
Sastra Jawa kuno ditulis dengan bahasa Jawa kuno dan berasal dari abad ke-8 hingga abad ke-13, sastra Jawa pertengahan ditulis dengan bahasa Jawa pertengahan dan berasal dari abad ke-13 hingga abad ke 16, sastra Jawa baru ditulis menggunakan bahasa Jawa baru dan berasal dari abad ke-16 hingga abad ke-19,  sastra Jawa modern menggunakan bahasa Jawa modern dan berasal dari abad ke-19 hingga saat ini.

Setiap periode sastra Jawa di atas memiliki bentuk karya sastra masing-masing. Namun, banyak sekali karya sastra Jawa yang berbentuk puisi. Setiap periode di atas memiliki bentuk puisi masing-masing. Sastra Jawa kuno memiliki puisi yang disebut kakawin, sastra Jawa pertengahan memiliki puisi yang disebut kidung, sastra Jawa baru memiliki puisi yang disebut macapat, dan sastra Jawa modern memilik puisi yang disebut geguritan. 

Setiap jenis puisi di atas (kecuali geguritan) memiliki aturan masing-masing. Aturan tersebut mencakup jumlah suku kata setiap baris, jumlah baris setiap bait, dan rima. Geguritan tidak memiliki aturan-aturan tersebut karena geguritan merupakan jenis puisi bebas, sama dengan puisi bebas berbahasa Indonesia.


Jumat, 03 Mei 2013

Fonetik Organis 1




            Fonetik organis adalah bagian linguistik yang membahas cara bahasa dihasilkan oleh organ-organ ucap manusia. Fonetik organis juga sering disebut sebagai fonetik artikulatoris. Sebutan ini mengacu pada kata “artikulator” yang berarti alat ucap. 

            Fonetik organis merupakan cabang ilmu yang sangat bermanfaat bagi orang yang ingin menguasai suatu bahasa dengan sempurna. Hal ini karena inti bahasa adalah pada bunyi, berbeda sedikit saja organ yang digunakan untuk mengucapkan, makna yang dihasilkan oleh suara tersebut akan berbeda. Misalnya, sebuah bunyi bahasa yang seharusnya diucapkan dengan ujung lidah menyentuh gigi bisa sangat berbeda maknanya jika diucapkan dengan ujung lidah menyentuh langit-langit mulut.

             Menurut Peter Ladefoged dalam bukunya A Course in Phonetics (1982) bahasa diprosuksi melalui empat proses, yaitu (1) proses pembunyian, (2) proses aliran udara, (3) proses artikulasi, dan (4) proses oro-nasal.
            Proses pembunyian adalah saat bunyi dihasilkan oleh pita suara yang bergetar. Proses aliran udara adalah saat udara yang bergetar bergerak melewati rongga mulut atau hidung. Proses artikulasi adalah saat udara yang melalui rongga mulut dihambat oleh organ yang berada di mulut sehingga menghasilkan bunyi. Proses oro-nasal mengacu pada pilihan rongga yang dilewati untuk menghasilkan sebuah bunyi bahasa, bunyi bahasa yang dihasilkan oleh rongga mulut disebut bunyi oral, sedangkan bunyi yang dihasilkan oleh rongga hidung adalah bunyi nasal.
             Agar lebih jelas, sebaiknya kita melihat gambar di bawah ini.

            Berikut ini adalah rincian artikulator

Setelah melihat gambar-gambar di atas, kita dapat membayangkan proses bunyi bahasa dihasilkan. Udara yang keluar gari paru-paru menggetarkan pita suara lalu dihambat oleh salah satu dari beberapa artikulator di mulut sehingga menghasilkan bunyi. Misalnya, bunyi "ta" dihasilkan oleh udara yang menggetarkan pita suara dan dihambat oleh lidah yang bertemu gigi.